Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay  Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat  pergi ke pulau lainnya,
di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut  samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan  melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis  tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam,  tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui  peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias  mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat  Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog.  Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias,  sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama  Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno,  suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam  leluhur mengetahui legenda Atlantis.

Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di  atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang  bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan  perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas  dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan  emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan  perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang  terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai  daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.

Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran  bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan  teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah  bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita  untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai  bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam  kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera  Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca  yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam  dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang  menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam  secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar  membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar  yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar  kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya  cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?
Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen  yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut”  laut Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter,  puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter,  lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua  lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di  dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan  kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa  peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida,  apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah  areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua,  ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah,  gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua  mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah  Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
 Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh  Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa  Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku  “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve  Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33  perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi,  dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah  Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya,  ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan  bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.
Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan
Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang  berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita  “Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit  listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang  bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di  tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar  hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya  melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem  operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati,  memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini  adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang  lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung  lainnya wanita.
Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.
Berkomunikasi dengan Hewan
Saya sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di  sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau  besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah  danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area  danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari  lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali  ke lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah  tempat yang sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan  penasihat kami. Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan  serta keharmonisan masyarakat kami. Hanya sedikit orang pergi  mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama  mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan  nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi  mereka membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku kekuatan. Saya  dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin  pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan  memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung”  yang ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.
Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.
Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas.  Padang rumput ini menyebarkan aroma wangi yang lembut, dan saya suka  duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga  segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang  berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda  secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput  ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan berkualitas  tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak  tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.
Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.

Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil. Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang paling mendasar.

Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.
Teknologi yang Tinggi
Di Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang”  (UFO), mereka menggunakan medan magnet mengendalikan energi perputaran  dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk  perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol  yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip  seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga  menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi  rumah tangga atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan  cara yang sama menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”
Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.
Pengobatan yang Maju
Dalam peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan  yang digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian  dan paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara  keseluruhan.
Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.
Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.
Pendidikan Anak yang Ketat
Saat bayi masih dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta  bimbingan kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang  pintar” akan memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak.  Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan mendidiknya di rumah,  menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan  dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat  getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran  positif dan kisah bertema filosofis.
Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas yang didambakan setiap orang.
Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.
Pemikiran maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.
Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah pelindung kami.
Kiamat yang Melanda Atlantis
Saya tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan  perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan  melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali  tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada  perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk  mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan  kesan akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan  sebuah bagian penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan  makan atau tidur. Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara  keseluruhan”, lagi pula tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia  kami, umumnya kami dapat hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.
Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.
Teknologi Maju yang Lalim
Pada masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung  ajal. Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun,  adalah sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik  terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan.  Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara  disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi  udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.
Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.
Menjelang Hari Kiamat
Ramalan “kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang  pintar dan yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir  dari peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan  mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai  berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka  akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis  akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran,  Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu  saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu  lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat  yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami  dapat pergi dengan aman ke barat.
Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.
Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa abad.

Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api merah mewarnai langit. Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah menenggelamkan daratan.

Sumber Kehancuran
Lewat ingatan Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi  bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan  pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern,  sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang  dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban  sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan  dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan,  bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan  hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat,  dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.
Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia, keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya, tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup berfoya-foya dan serba mewah.”
Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan  diselimuti oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak  menikmati keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak  senonoh, orang yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin  hari makin merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan  hilang, tapi orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak  dapat membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua  atas karunia Tuhan.”
Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir manusia, banyak yang tahu sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang mengabaikannya, maka timbul kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil orang berbuat kesalahan tidak begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika sebagian besar orang “mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” selanjutnya diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia, moral masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.
Kita sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal kehidupan hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia materi yang nyata, dan mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna kehidupan sejati, berangsur menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil, seperti ilmuwan Atlantis, segelintir orang tunduk pada keserakahan, tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan dan kemuliaan, mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. Apakah kita sedang berbuat kesalahan yang sama?

0 komentar:
Posting Komentar