agama

LIANG IBU MERTUA

Matanya begitu genit menatapku,tajam membidik dan penuh dengan birahi tak terkendali.ketika makan atau bersama duduk-duduk saat bersama keluarga dia begitu tersipu malu dan agak menandakan ada kemauan yang tersembunyi,ketemu dan berpapasan dia kayaknya merasa ragu dan aneh.Siapa bilang aku tida risi dengan keadaanku,bagaimana enggak dia kan mertuaku aku pikir ada sesuatu yang salah pada tabiat atau cara menunjukkan sopan santunku pada ayah dan ibu mertuaku.Aku kadang bertanya pada sang istri,mengapa Ibumu bersikap begitu ke aku,dengab santainya”istriku menjawab”ya terpesona pada kamu mungkin mas karena kamu kan menantu keren dan lumayan menggiurkan.canda Istriku.AKupun tersenyum dan malu,sejak itu aku memberanikan diri bertanya pada ibu tapi tatapan nya sungguh lain,akupun penuh tanda tanya,dan akhirnya aku tahu maksudnya ‘bahwa dia sesungguhnya menaruh simpatik terhadapku”sang menantu”mulanya aku tak respon tapi seiring waktu bergulir kejadian nakal dengan mertuapun terjadi,kontolku akhirnya menembus sarang lubang memek mertuaku yang tak lain adalah ibu kandung istriku sendiri,

Aku Roy, 32 tahun. Menikah, punya 2 anak. Istriku sangat cantik. Banyak yang bilang mirip bintang sinetron ternama saat ini. Kami tinggal di Bandung. Yang akan aku ceritakan adalah hubunganku dengan mertua aku sendiri. Mertua aku tinggal di kota P, masih wilayah Jawa Barat. Suatu waktu aku ada tugas kerja ke kota P tersebut. Aku pergi naik motor. Sesampainya di kota P, aku langsung menyelesaikan tugas dari kantor. Setelah selesai, aku sengaja singgah dulu ke rumah mertua untuk istirahat. Sesampai di rumah, mertua perempuanku datang menyambut. “Kok sendirian Roy? Mana anak istrimu?” tanya mertuaku. “Saya ada tugas kantor disini, Ma. Jadi mereka tidak saya ajak. Lagian saya cuma sebentar kok, Ma. Hanya mau numpang mandi dan istirahat sebentar,” jawabku. “O begitu.. Akan mama siapkan makanan buat kamu,” ujar mertuaku. Lalu aku mandi. Setelah itu aku segera ke meja makan karena sudah sangat lapar. “Papa mana, Ma?” tanyaku. “Papa lagi ke rumah temannya ngurusin obyekan,” jawan mertuaku. “Kamu mau pulang jam berapa, Roy?” tanya mertuaku. “Agak sorean, Ma. Saya akan tidur sebentar. Badan pegal hampir 3 jam naik motor dari Bandung,” kataku. “Kalau begitu ganti baju dulu dong. Nanti kusut kemeja kamu,” ujar mertuaku sambil bangkit menuju kamarnya. Lalu dia datang lagi membawa kaos dan kain sarung. “Ini punya Papa, pakailah nanti,” kata mertuaku. “Iya, Ma,” kataku sambil terus melanjutkan makan. Mertuaku berumur 42 tahun. Sangat cantik mirip istriku. Badan ramping, buah dada besar walau agak turun karena usia. Pantatnya sangat padat. Setelah berganti pakaian, aku duduk di ruang tamu sambil nonton TV. “Loh katanya mau tidur?” tanya mertuaku sambil duduk di kursi yang sama tapi agak berjauhan. “Sebentar lagi. Ma. Masih kenyang,” ujarku. Lalu kami nonton TV tanpa banyak bicara. “Tahukah kamu, Roy.. Bahwa mama sangat senang dengan kamu?” tanya mertuaku kepadaku memecah kesunyian. “Kenapa, Ma?” tanyaku. “Dulu sejak pertama kali datang kesini mengantar istrimu pulang, mama langsung suka kamu. Ganteng, tinggi, sopan, dan ramah,” kata mertuaku. Aku hanya tersenyum. “Sekarang kamu sudah menikahi anak mama dan sudah punya anak 2, tapi kamu tetap sama seperti yang dulu..,” kata mertuaku lagi. “Mama sangat sayang kamu, Roy,” kata mertuaku lagi. “Saya juga sayang mama,” ujarku. “Ada satu hal yang ingin mama lakukan, tapi tidak pernah berani karena takut jadi masalah..,” kata mertuaku. “Apa itu, Ma?” kataku. “Mama ingin memeluk kamu walau sebentar..,” ujar mertuaku sambil menatapku dengan mata sejuk. “Kenapa begitu, Ma?” tanyaku lagi. “Karena dulu mama sangat suka kamu. Sekarang ditambah lagi rasa sayang,” kata mertuaku. Aku tatap mata mertuaku. Kemudian aku tersenyum. “Saya yang akan peluk mama sebagai rasa sayang saya ke mama,” ujarku sambil beringsut mendekati mertuaku sampai badan kami bersentuhan. Kemudian aku peluk mertuaku erat. Mertuakupun balas memeluk aku dengan erat sepertinya tidak mau melepas lagi. “Boleh mama cium kamu Roy? Sebagai tanda sayang?” tanya mertuaku.

Aku agak kaget. Aku lepaskan pelukanku, lalu tersenyum dan mengangguk. Mertuaku tersenyum, lalu mencium pipi kiri, pipi kanan, kening. Lalu.. Mertuaku menatap mataku sesaat kemudian mengecup bibirku. Aku sangat kaget. Tapi aku tetap diam, dan ada sedikit rasa senang akan hal itu. Selang beberapa detik mertuaku kembali mengecup bibirku.. Dan melumatnya sambil merangkulkan tangannya ke pundakku. Secara spontan aku membalas ciuman mertuaku. Kami saling hisap, mainkan lidah.. Nafas mertuaku terdengar agak cepat. Tangan mertuaku masuk ke dalam kain sarung, lalu menyentuh kont*lku dari luar CD. Tangannya lalu mengusap pelan lalu mulai meremas kont*lku. kont*lku langsung tegang. Tiba-tiba.. Kringg! Krinngg! Bunyi telepon mengagetkan kami. Kami langsung memisahkan diri. Mertuaku langsung bangkit menuju telepon. Entah apa yang dibicarakan. Karena merasa agak bersalah, aku segera masuk ke kamar, menutup pintu, lalu merebahkan diri di kasur. Terbayang terus peristiwa tadi berciuman dengan mama mertua sambil merasakan nikmatnya diremas kont*l. Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Kemudian pintu terbuka. Mertuaku masuk. “Sudah mau tidur, Roy?” tanya mertuaku. “Belum, Ma,” ujarku sambil bangkit lalu duduk di tepi ranjang. Mertuaku juga ikut duduk di sampingku. “Kamu marah tidak atas kejadian tadi,” tanya mertuaku sambil menatap mataku. Aku tersenyum. “Tidak, Ma. Justru saya senang karena ternyata mama sangat sayang dengan saya,” jawabku. Mertuaku tersenyum lalu memegang tanganku. “Sebetulnya dari dulu mama memimpikan hal seperti ini, Roy,” ujar mertuaku. “Tapi karena istrimu dan papamu selalu ada, ya mama hanya bisa menahan perasaan saja..,” ujar mertuaku sambil mencium bibirku. Akupun segera mebalas ciumannya. Dan sekarang aku mulai berani.

Tanganku mulai meraba buah dada mertuaku dari luar dasternya. Aku meremasnya perlahanan. Tangan mertuakupun segera melepas kain sarung yang aku pakai. Tangannya langsung meraba dan meremas kont*lku dari luar CD-ku. kont*lku makin mengeras. Mertuaku merogoh kont*lku hingga berdiri tegak. Sambil tetap berciuman tangannya terus mengocok dan meremas kont*lku. Akupun terus meremas buah dada mertuaku. Tak lama, mertuaku bangkit lalu melucuti semua pakaiannya. Akupun melakukan hal yang sama. Mertuaku segera naik ke tempat tidur, dan aku segera menaiki tubuhnya. Aku kecup bibirnya. “Mama senang kamu datang hari ini, Roy.. Lebih senang lagi karena ternyata kamu bisa menerima rasa sayang mama kepada kamu…” ujar mertuaku sambil menciumku. “Saya juga senang karena mama sangat menyayangi saya. Saua akan menyayangi mama…” kataku sambil memagut leher mertuaku. Mertuaku mendesah dan menggelinjang merasakan desiran nikmat. Pagutanku kemudian turun ke buahdada mertuaku. Kujilati dan gigit-gigit kecil puting susu mertuaku sambil tangan yang satu meremas buah dada yang lain. “Ohh.. Mmhh.. Mmhh.. Ohh…” desah mertuaku semakin merangsang gairahku. Tapi ketika lidahku mulai turun ke perut, tiba-tiba mertuaku memegang kepalaku. “Jangan ke bawah, Roy.. Mama malu. Segera masukkin saja.. Mama sudah tidak tahan…” ujar mertuaku. Aku tersenyum dan maklum karena mertuaku termasuk orang yang konvensional dalam masalah sex. Aku buka lebar paha mertuaku, lalu aku arahkan kont*lku ke mem*k mertua yang sudah basah dan licin. Tangan mertuaku segera memegang kont*lku lalu mengarahkannya ke lubang mem*knya. Tak lama.. Bless.. kont*lku langsung memompa mem*k mertuaku. Terasa tidak seret, tapi masih enak rasanya menjepit kont*lku.. “Ohh.. Sshh.. Oh, Roy.. Mmhh…” desah mertuku ketika aku memompa kont*lku agak cepat. Mertuaku mengimbangi gerakanku dengan goyangan pinggulnya.

Tak lama, tiba-tiba mertuaku bergetar lalu tubuhnya agak mengejang. “Oh, Roy.. Mama mau keluarr.. Mmhh…” jerit kecil mertuaku. “Terus setubuhi mama…” desahnya lagi. Beberapa saat kemudian tubuh mertuaku melemas. Dia telah mencapai orgasme.. Akupun berhenti sejenak memompa kont*lku tanpa mencabutnya dari mem*k mertuaku. mem*knya terasa makin licin oleh air maninya. “Mama belum pernah merasakan nikmat seperti ini, Roy,” ujar mertuaku sambil mengecup bibirku. “Terima kasih, Roy…” ujarnya lagi sambil tersenyum. Akupun segera mengerakan kont*lku menyetubuhi lagi mertuaku. “Boleh Roy minta sesuatu, Ma?” tanyaku sambil terus memompa kont*lku. “Apa?” ujar mertuaku. “Saya mau setubuhi mama dari belakang. Boleh?” tanyaku. Mertuaku tersenyum. “Boleh tapi mama tidak mau nungging. Mama tengkurap saja ya?” ujar mertuaku. “Iya, Ma,” ujarku sambil mencabut kont*lku. Mertuaku segera tengkurap sambil sedikit melebarkan kakinya. “Ayo, Roy,” ujar mertuaku. Aku segera masukkan kont*lku ke mem*k mertuaku dari belakang. Terasa lebih nikmat daripada masuk lewat depan. Mata mertuaku terpejam, dan sesekali terdengar desahannya. Akupun terus menikmati rasa nikmat sambil terus memompa kont*lku. Kemudian terasa ada sesuatu rasa yang sangat kuat ingin keluar dari kont*lku. Kupercepat gerakanku menyetubuhi mertuaku. Ketika hampir mencapai klimaks, aku cabut kont*lku, lalu.. Crott! Crott..! Crott! Air maniku keluar banyak di punggung dan pantat mertuaku. “Ohh.. Enak, Ma…” kataku. Kugesekkan kont*lku ke belahan pantat mertuaku.

Selang beberapa menit setelah kelelahan agak hilang, mertuaku berkata, ” Tolong bersihkan punggung mama, Roy..”. “Iya, Ma,” ujarku. Lalu aku bersihkan air maniku di tubuh mertuaku. Setelah berpakaian, lalu kami keluar kamar. Terlihat wajah mertuaku sangat ceria. Menjelang sore, mertua lelaki pulang. Aku dan mertua perempuanku bertindak biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Setelah makan malam, aku diminta mertua perempuanku utnuk membawakan semua piring kotor ke dapur. Aku menurut. Mertua lelaki aku setelah makan malam langsung menuju ruang televisi dan segera menonton acara kesukaannya. Di dapur, mertuaku perempuanku langsung menarik tanganku ke sudut dapur lalu menciumku. Aku membalasnya sambil tanganku langsung memegang selangkangannya kemudian meraba mem*knya. “Nakal kamu. Tapi mama suka,” ujar mertuaku sambil tersenyum. “Nanti Papa kesini, Ma.. Udah, ah Roy takut,” ujarku. “Tidak akan kesini kok, Roy,” ujarnya. “Sebelum kamu pulang, mama mau sekali lagi bersetubuh dengan kamu disini…” ujar mertuaku sambil tangannya segera meremas kont*lku dari luar celana. “Saya juga mau, tapi jangan disini, Ma.. Bahaya,” ujarku. “Ayo dong, Roy.. Mama sudah tidak tahan,” ujarnya lagi. Tangannya terus meremas kont*lku. “Kita ke hotel yuk, Roy?” ajak mertuaku. Aku mengangguk. Kemudian dengan alasan akan ke rumah temannya, mertuaku perempuanku meminta ijin pergi diantar olehku. “Jangan lama-lama ngobrol disana, Ma.. Si Roy kan malam ini mau pulang. Kasihan nanti dia capek,” ujar mertua lelaki. “Iya dong, Pa…” ujar mertua perempuanku. Kemudian kami naik motor segera pergi mencari hotel. Setelah selesai registrasi, kami segera masuk ke kamar. Tanpa banyak cakap, mertuaku langsung memeluk dan menciumku dengan liar. Aku balas ciumannya.. “Cepat kita lakukan, Roy.. Waktu kita hanya sedikit,” ujar mertuaku sambil melucuti semua pakaiannya. Aku juga demikian. Mertuaku langsung naik ke kasur, lalu aku menyusul. Tangan mertuaku langsung menggenggam kont*lku dan diarahkan ke mem*knya. “Mama kok buru-buru sih?” tanyaku sambil tersenyum ketika kont*lku sudah masuk mem*knya. Lalu aku pompa kont*lku perlahan menikmati enaknya mem*k mertuaku. “Habisnya mama sudah tidak tahan sejak tadi di rumah, pengen merasakan kont*l kamu lagi,” kata mertuaku sambil menggoyang pinggulnya mengimbangi gerakanku. Selang beberapa belas menit tiba-tiba mertuaku mendekap aku erat sambil mengerakkan pinggulnya cepat.

Kemudian.. “Ahh.. Mmhh.. Enak sayang…” desah mertuaku mencapai puncak orgasmenya. Badannya melemas. Aku terus memompa kont*lku lebih cepat. Terasa lebih nikmat. Sampai beberapa lama kemudian aku tekan kont*lku ke lubang mem*k mertuaku dalam-dalam, dan.. Crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam mem*k mertuaku. “Maaf, Ma.. Roy tidak bisa menahan.. Sehingga keluar di dalam,” ujarku sambil memeluk tubuh mertuaku. “Tidak apa-apa, Roy,” jawab mertuaku. “Mama sudah minum obat kok,” ujarnya lagi. “Kalo mama berkunjung ke rumah kamu, bisa tidak ya kita melakukan lagi?” tanya mertuaku. “Bisa saja, Ma.. Kita jalan berdua saja dengan alasan pergi kemana…” jawabku. Mertuaku tersenyum. “Kita pulang Roy,” ujar mertuaku. Sesampai di rumah, aku langsung bersiap untuk pulang ke Bandung. Ketika aku memanaskan motorku, mertua perempuan mendekatiku. Sementara mertua lelaki duduk di beranda. “Hati-hati di jalan ya, Roy,” ujar mertuaku. “Iya, Ma. Terima kasih,” ujarku sambil tersenyum. “Tengokin mama dong sesering mungkin, Roy,” ujar mertuaku sambil tersenyum penuh arti. “Iya, Ma,” ujarku sambil tersenyum pula. Lalu aku pulang. Sejak saat itu hingga kini aku selalu menyempatkan diri sebulan sekali untuk datang ke rumah mertuaku, tentu saja setelah aku di-SMS dahulu oleh mertua perempuanku.

1 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More